Jumat, 02 Mei 2008

"WAHAI ANAKKU, SELAMATKANLAH ORANGTUAMU"

( 1 )
Isyarat Waktu

Rasulullah saw telah bersabda:
”Apabila anak Adam itu telah mati, maka terputuslah
amalnya, kecuali … anak shalih yang memohonkan
ampunan untuknya.”
(HR. Abu Hurairah ra)


Wahai Anakku …
Tahukah kamu, bahwa perubahan waktu dari satu menit ke menit berikutnya itu ada 60 kali hentakan jarum jam dalam setiap menitnya? Kamu tahu apa maksudnya? Ya, kamu betul. Hentakan jarum jam itu menunjukkan tentang telah terjadinya perubahan waktu dalam hidup kita.
Perubahan waktu --- baik dari detik ke menit maupun menit ke jam dan seterusnya --- itu, merupakan sebuah isyarat, bahwa sesungguhnya, telah terjadi perubahan pada diri kita. Setiap kali waktu tersebut bergeser, maka itu berarti usiamu terus bertambah. Dan bersamaan dengan itu, waktu hidup Ayah di dunia pun semakin berkurang.
Itulah hukum Allah yang telah ditetapkan atas kehidupan kita di dunia ini. Terlepas apakah kita suka atau tidak suka dan siap atau tidak siap. Hukum tersebut tetap akan berlaku atas diri kita.

Wahai Anakku …
Adanya isyarat waktu itulah yang membuat Ayah akhirnya punya keberanian menuliskan pesan ini untukmu. Sebab, Ayah tidak ingin kamu tumbuh-kembang menjadi makhluk yang gampang terlena oleh waktu dan tak mau tahu soal waktu. Seolah-olah, perubahan waktu yang tengah terjadi itu tak ada artinya bagi perjalanan hidupmu di dunia ini.
Padahal justru sebaliknya. Dengan adanya perubahan waktu itu, seyogyanyalah membuat kita harus selalu berpikir serius dan bersungguh-sungguh dalam menghadapi setiap kali detik bergerak ke menit dan menit bergeser ke jam. Sebab, kita tidak tahu, kapan waktu hidup kita di dunia ini akan berakhir.
Kita juga tidak tahu, apakah dalam setiap pergantian waktu itu, kita selalu ingat kepada Tuhan Yang Sebenarnya, Sang Penguasa Waktu, atau tidak? Sebagaimana halnya, kita pun tidak tahu, apakah dari detik ke menit dan dari menit ke jam yang kita lalui itu, kita selalu berada dalam kebajikan atau malah sebaliknya?
Itulah rahasia hidup, anakku. Ibarat sebuah misteri. Kita tidak pernah tahu kapan hidup kita akan berakhir. Termasuk, kita pun tidak tahu tentang bagaimana kepastian kisah perjalanan hidup kita di dunia ini akan berakhir. Apakah kita kelak akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bakal menerima kitab ’raport’ hidup dari tangan sebelah kanan atau sebelah kiri? Semua ’misteri’ itu, akan terungkap setelah kita resmi masuk ke dalam putaran waktu yang telah ditetapkanNya.
Karena itulah, Ayah ingin berpesan kepadamu. Janganlah kamu sia-siakan waktu yang ada dan kamu lalui dalam perjalanan hidupmu di dunia ini. Jadikanlah setiap pergeseran waktu itu sebagai isyarat bagimu untuk selalu berbenah diri. Isilah waktu demi waktu yang ada itu untuk senantiasa mengingat keagunganNya.
Ketahuilah wahai anakku. Berhati-hatilah kamu dalam memperlakukan waktu. Sebab, ia (baca: waktu) bisa menjadi teman yang akan membela serta meringankan timbangan amal kejelekkanmu di akhirat kelak. Selain, tentu saja, ia pun bisa menjadi saksi yang akan memberatkan dan menambah catatan panjang tentang keburukanmu di hadapan Sang Penguasa Waktu.
Semua tergantung pada dirimu. Yang jelas, setiap jejak waktu yang telah dan bakal kamu lalui itu, kelak akan bersaksi di hadapan Sang Penguasa Waktu. Yaitu, Allah Azza wa Jalla, Tuhan Yang Sebenarnya. Ia kelak akan berkata apa adanya tentang keadaanmu kepada Allah SWT. Ia tidak akan mungkin berbohong. Sebab, ia berada di dalam kekuasaanNya.

Wahai Anakku …
Ingatlah, jangan biarkan waktu berlalu tanpa kamu isi dengan kegiatan untuk mengingat Allah. Sebab, jika kamu sampai lalai dalam mengingatNya, maka kamu kelak akan menjadi makhluk yang merugi. Sudah cukup banyak contoh bagaimana orang-orang yang lalai dalam mengingatNya.
Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, wahai anakku. Jangan biarkan dirimu berada di dalam golongan orang-orang yang lalai kepadaNya. Sebab, Allah SWT dan RasulNya telah berjanji, tidak akan memberi pertolongan untuk orang yang lalai kepadaNya.
Kamu tahu apa sebabnya? Karena, orang yang lalai terhadap Tuhannya itu, berarti ia telah mengingkari Zat yang telah menciptakan dirinya dari ’tidak ada’ menjadi ’ada’. Sedang mengingkari kekuasaanNya, sama artinya kamu tidak mau beriman dan beribadah kepadaNya.
Sungguh, Ayah tidak ingin jika kamu memilih jalan hidup seperti itu. Ayah ingin kamu menjadi anak yang shalih dan shaliha. Sebab, di dalam kitab Tanbiihul Ghaafiliina telah diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Apabila anak Adam itu telah mati, maka terputuslah amalnya, kecuali … anak shalih yang memohonkan ampunan untuknya.” (HR. Abu Hurairah ra) Semoga harapan Ayah dan Bunda ini dikabulkan oleh Allah SWT. Amin. ?

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda