Jumat, 02 Mei 2008

Rahasia Waktu

Rahasia Waktu


Rasulullah saw bersabda:
“Jika engkau melakukan keburukan, maka susullah ia dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapusnya.”
(HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Dzar ra)


Wahai Anakku …
Ketahuilah olehmu, tidak sedikit orang yang lalai dengan masalah waktu, karena mereka tidak mau menghiraukannya. Seolah-olah antara waktu dan diri mereka tidak ada hubungannya. Padahal, aslinya, setiap saat mereka selalu bersama waktu. Ke mana saja kaki mereka melangkah, waktu selalu ikut dan ada bersama mereka.
Itulah manusia anakku. Mereka suka menyibukkan diri dengan sesuatu yang sebetulnya justru dapat membuat diri mereka menjadi semakin jauh dari jalan kebajikan. Mereka mengira, apa yang telah mereka lakukan itu sudah benar. Padahal, kalau mereka mau mencermati dengan sungguh-sungguh, niscaya mereka akan mengetahui betapa sangat sembrononya jalan hidup yang telah mereka tempuh itu.
Mereka mengira telah memaknai dan mengisi pergeseran tiap waktu itu dengan aktivitas mengingat Allah. Padahal sesungguhya, apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka itu tidak lebih adalah menyangkut masalah tentang untung-rugi yang bakal mereka hadapi.
Buktinya, lihat saja bagaimana sikap mereka dalam membagi waktu untuk ingat dan beribadah kepada Sang Penguasa Waktu. Apakah waktu yang mereka sediakan itu lebih banyak mereka gunakan untuk beribadah atau berbuat maksiat kepadaNya? Tidak sadarkah mereka, bahwa sesungguhnya Allah Rabbul ’Izzati selalu memperhatikan setiap gerak-gerik hati, pikiran dan aksi mereka ketika melalui waktu demi waktu yang terus bergeser itu?

Wahai Anakku …
Tahukah kamu, mengapa Allah, Sang Penguasa Waktu, sampai bersumpah atas nama waktu yang telah Dia ciptakan itu? Tidakkah kamu merasa tertarik atau tergugah untuk mencermatinya?
Bukankah kita sering berada dan ada di dalam nama-nama waktu yang telah disebutkan oleh Allah dalam al-Qur’an, seperti tentang Wal Fajr (demi waktu fajar), Wadh-dhuhaa (demi waktu dhuhaa), Wan-Nahaar (demi watku siang), Wal ’Ashar (demi waktu ’Ashar), Wal Lail (demi waktu malam)?
Tidak kamu perhatikan, wahai anakku, mengapa Allah sampai memutuskan untuk mengangkat sumpahNya atas nama waktu-waktu itu? Ada ’rahasia’ apakah gerangan yang tersembunyi di balik nama-nama waktu tersebut? Inilah sebuah persoalan yang seringkali kita lupakan, sebagaimana kita pun sering lalai dalam masalah ’merawat’ hati kita sendiri. Akibatnya, kita tidak pernah sadar, bahwa waktu yang ada bersama kita itu telah berlalu menghadap Sang Penguasa Waktu sembari membawa rekaman buruk tentang diri kita.
Celakanya lagi, anakku, ketika waktu telah berlalu sembari membawa semua rekaman tentang kisah-kisah memalukan mengenai perilaku hati dan pikiran kita yang kotor itu, ternyata kita tidak pernah merasa takut atau malu kepada Allah dan RasulNya. Sebaliknya, kita justru malah semakin menyibukkan diri dan tenggelam dalam gelombang hawa nafsu yang notabene selalu mengajak kita untuk menempuh jalan kesesatan itu. Na’udzubillahi min dzalik.
Padahal Rasulullah saw telah bersabda: “Jika engkau melakukan keburukan, maka susullah ia dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapusnya.”(HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Dzar ra).

Wahai Anakku …
Ketahuilah olehmu. Tidaklah Allah Azza wa Jalla bersumpah atas nama waktu, melainkan pastilah karena ada pesan khusus yang ingin disampaikanNya untuk semua manusia. Pesan khusus itulah yang perlu kita cermati dengan sungguh-sungguh. Sebab, di dalam pesan itulah, Allah meletakkan kunci-kunci perjalanan hidup kita di dunia ini.
Oleh karena itu, melalui risalah ini, Ayah ingin mengajakmu untuk bersama-sama belajar menyibak ’rahasia’ di balik sumpahNya mengenai waktu. Hal ini penting, agar kita tidak menyesal di kemudian hari.
Terkait dengan soal waktu itulah, Ayah jadi ingat pesan yang pernah disampaikan oleh Guru Ayah. Menurut beliau, adanya pergantian waktu dari detik ke menit dan dari menit ke jam --- sebagaimana halnya dengan pergeseran dari hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun dan seterusnya --- itu, sesungguhnya mempunyai makna sebagai sebuah peringatan bagi manusia yang mau berpikir. Yaitu, peringatan tentang apakah manusia itu akan menempatkan dirinya sebagai yang mengatur perjalanan waktu, atau malah sebaliknya, waktu yang akan mengatur perjalanan hidup manusia?
Yang jelas, kata Guru Ayah, jika manusia memilih untuk mengatur waktu, berarti ia telah mengambil peran Sang Penguasa Waktu. Sedang jika manusia tunduk pada waktu, maka berarti ia telah salah alamat. Sebab, perbuatannya itu sama artinya dengan telah mempertuhankan waktu. Sementara, waktu itu sendiri --- sebagaimana halnya manusia --- berada dalam gegaman kekuasaan Sang Penguasa Waktu.
Rahasia tentang waktu sebagai ciptaan Sang Penguasa Waktu inilah, yang banyak tidak dimengerti oleh manusia. Akibatnya, tidak sedikit manusia yang malah memilih untuk tunduk dan ’takut’ pada waktu. Sedang terhadap Sang Penguasa Waktu, ia malah tak mau tunduk dan tak punya rasa takut. ?

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda